Tradisi Syawalan, tidak hanya untuk sekadar silaturahmi, tetapi juga menjadi wadah untuk menangkap problema sosial, budaya, ekonomi maupun politik di sekitar. Setidaknya itu dilakukan dalam Syawalan yang diselenggarakan di kediaman K.H. Syarif Utsman Yahya (Abah Ayip) di Kawasan Pondok Pesantren Kempek pada 16 Oktober 2007. Kegiatan ini diisi juga dengan acara bedah buku “Mewaspadai Gerakan Transnasional” terbitan Lakpesdan NU Cirebon. Acara silaturahmi itu sendiri dihadiri oleh Dr. Tatang dari Lakpesdam Jawa Barat, Ala’i Najib dari Lakpesdam Pusat, kyai-kyai pesantren dan pengurus PCNU Cirebon, dan puluhan generasi muda Cirebon yang bertebaran dimana-mana.
Selain Abah Ayip, KH. Husein Muhammad (dewan kebijakan Fahmina) dan Ny. Hj. Mariah Ulfah (PP Fatyat NU) juga hadir sebagai narasumber pembanding. Soal pemberdayaan umat, menurut Hj. Maria Ulfah, penyelesaiannya mesti terkait dengan pengentasan kemiskinan dan pemberdayaan pendidikan. Di sisi lain Hj. Mariah Ulfah tetap berusaha mengingatkan bahwa gerakan transnasional itu nyata adanya, jelas ancamanya. Ini sesuai pengalaman beberapa fatayat di daerah, seperti fatayat di Bau-Bau. “Di Bau-Bau, MUI setempat bahkan memfatwakan haramnya melakukan acara maulid Nabi, ” tutur Mariah.
Dalam kegiatan ini juga banyak persoalan-persoalan pendidikan yang disorot, peran pesantren dalam pemberdayaan masyarakat. Perlu kegiatan yang konkret untuk mewujudkannya, demikian sebagian hadirin menyepakatinya. Dengan pemberdayaan umat secara utuh, diharapkan gerakan-gerakan transnasional yang tak menghargai dengan tradisi lokal dan merugikan tidak mudah untuk mendapat tempat di tengah umat.***
Wednesday, October 31, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment