Berdiri diantara rumput ilalang, hanya bisa menjadi semak. Berjalan di pinggir selokan hanya bisa menjadi kecoak. Bernapas di perkampungan kumuh hanya bisa jadi tokek. Dan berteriak di tengah hiruk pikuk kota hanya jadi orang gila.
Namun disitulah kedamaian.
Bermain domino dengan jepitan. Bermain catur dengan benteng dari pintalan benang. Menikmati lagu "Jujur"-nya Raja dengan suara parau ditingkahi gitar gaek.
Mungkin mereka bilang Tuhan tak pernah bersemayam disini, padahal disinilah Tuhan sebenarnya berada.
Tuhan yang selalu membawa kedamaian, dibalik tatapan sederhana mereka, dibalik kekacauan pikiran mereka, yang dua atau tiga hari lagi tergusur atas nama pembangunan dan kepentingan publik.
noes, jan2007
untuk anakku: kintani putri noesty, ersha putri noesty dan istri tercinta royati noes
Wednesday, May 9, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment